Keong sawah ini bercangkang hitam kehijau-hijauan, berukuran sebesar jempol tangan hingga sebesar jempol kaki, walau ada juga di beberapa tempat bisa berukuran sebesar bola pingpong. Sekali memasak tutut biasanya satu panci, dibeli dari pasar tradisional dalam keadaan hidup. Sebelum dimasak, bagian ujung kerucut spiralnya dipotong sedikit dengan pisau, cangkangnya cukup rapuh sehingga tidak akan merusak mata pisau. Kemudian direbus hingga matang bersama bumbu salam, séréh, laja dan santan kelapa.
Tutut, keong sawah, atau Bellamya javanica van den Bush paling banyak ditemukan di sawah, di mana air sawah meski berlumpur tapi juga relatif bening. Habitat lainnya di tempat yang juga mirip sawah, yang airnya cukup bening, berlumpur dan airnya tak berarus/bergerak. Siang hari tutut ini bersembunyi ke dasar lumpur sehingga sulit dicari dan dikumpulkan. Malam hari ia menyebar menempel-nempel di batang padi atau tumbuhan lainnya. Pedagang tutut di pasar tradisional biasanya mengumpulkan keong sawah tersebut pagi hari, saat tutut masih berada di permukaan air dan menempel-nempel di batang padi. Namun, ada cara lain untuk menangkap tutut secara efektif dan efisien, yaitu dengan perangkap daun pepaya. Tutut ternyata menyukai daun pepaya, sehingga daun pepaya yang diletakkan di malam hari, esok paginya dipenuhi dengan gerombolan tutut. Percobaan mereka juga menggunakan daun pisang dan daun pepaya.
Namun, apakah kita tau kandungan gizi yang terdapat dalam tutut ini? Berikut ini merupakan ulasan mengenai kandungan gizi yang terdapat dalam tutut, yang dicuplik dari berbagai sumber.